8 Februari 2012, pukul 08.05 saya jalan kaki ke site ( MNC ) di daerah abdul muis jakarta pusat, seperti biasa sebelum masuk kantor saya beli sebungkus nasi uduk di samping smk 1 jakarta pusat. Kemudian saya melihat ada seorang lelaki tua yang membawa krupuk dengan jumlah yang banyak dengan cara di pikul dengan bahu kiri dan tangan kanan nya memegang tongkat, ternyata sang bapak itu adalah orang yang tuna netra, tertegun sejenak melihat sang bapak berajalan di pinggiran jalan dimana banyaknya mobil dan motor yang melaju kencang tanpa pamrih, dengan bermodalkan tongkal kecil ia terus berjalan lurus melintasi jalan raya. Setelah selesai membeli nasi uduk saya langsung berlari mengejar sang bapak sampai di depan kantor saya ternyata ada seorang ibu yang dengan ikhlas dan baik hati membeli 1 bungkus kerupuk ( berisi 4 buah kerupuk ) dengan harga 5 ribu perbungkusnya dari sang bapak , sang ibu tidak memberikan uang kepada si bapak dengan uang 5 ribu tapi dengan uang yang agak lebih sekitar 20 ribu. Dengan senyum yang khas sang bapak pun menerima uang dan memasukannya kedalam saku kemeja yang sudah lusuh. "Silakan di tarik saja kerupuknya bu" kata sang bapak, saya pun ikut membeli kerupuknya 1 bungkus, tentunya sayapun harus melebihkan uang yang harus saya bayar, sebagai bentuk simpati saya kepada sang bapak yang sudah berjuang keras mengais rezeki di kota jakarta, :) SALUT...!! ya itulah kata yang tepat untuk sang bapak.
Miris rasanya jika saya membandingkan sang bapak yang tuna netra ini dengan orang yang sehat segar bugar dengan tato dan rokok di tangannya yang hanya bisa ber-ORASI ( MEMINTA UANG ) kepada penumpang di dalam bus dengan cuap cuap tak bermutu, meratapi kesengsaraannya. Seharusnya mereka yang sehat dan segar bugar jauh lebih memiliki semangat dalam mencari rezeki Allah di kota jakarta ini, bukan dengan MEMINTA MINTA seolah olah tak berdaya, seolah olah ruang rezeki itu begitu sempit, padahal tidak, Allah telah menetapkan rezeki untuk kita sesuai dengan kapasitas kita masing masing, tinggal bagaimana cara kita menjemput rezekiNya dengan cara yang halal cara yang terbaik, bukan dengan mengemis meratapi kesengsaraan.
Sang bapak mengajarkan pada saya hari ini, akan arti dari sebuah SEMANGAT, KESABARAN, KEIKHLASAN, DAN KETULUSAN DALAM SENYUMAN,
Gunawan Al-farizi 08/02/2012
Abdul Muis Jakarta pusat
0 comments:
Post a Comment