Kali ini saya ingin sedikit menuliskan tentang banyaknya mereka yang mengaku sebagai aktifis Dakwah ( dari berbagai macam harakah ) yang sering berkicau didunia maya yang sering kali bersilat lidah karena perbedaan pandangan akan suatu permasalahan, sehingga ada diantara mereka yang begitu lantang mengeluarkan kata kata celaan demi mempertahankan argument yang mereka yakini.......
Saturday, October 15, 2011
Kejujuran Berbuah Bidadari
Dikisahkan, seorang lelaki shaleh bernama Tsabit bin Ibrahim sedang berjalan di pinggiran kota Kufah (Irak). Sedang asik berjalan, tiba-tiba dia melihat sebuah apel jatuh. Melihat apel merah yang tergeletak di tanah, Tsabit pun bermaksud mengambil dan memakannya, terlebih hari itu adalah hari yang panas dan ia pun tengah kehausan.
Tanpa berpikir panjang, diambil dan dimakannya apel tersebut. Akan tetapi, baru setengah apel tersebut masuk ke kerongkongannya, dia teringat bahwa buah itu bukan miliknya dan dia belum mendapat izin dari pemilik apel tersebut. Dengan segera, ia pun ke kebun apel dengan niat hendak menemui pemilik apel tersebut dan memintanya menghalalkan buah yang telah dimakannya.
Di kebun itu, ia bertemu dengan seorang lelaki. Tsabit pun berkata, "Aku sudah makan setengah dari buah apel ini. Aku berharap Anda menghalalkannya." Orang yang ditemuinya menjawab, "Aku bukan pemilik kebun ini. Aku hanyalah penjaga yang ditugaskan merawat dan mengurus kebun milik majikanku." Dengan nada menyesal, Tsabit bertanya lagi, "Di mana rumah majikan Anda? Aku ingin menemuinya dan minta agar dihalalkan apel yang telah kumakan ini." Penjaga kebun itu memberitahu bahwa rumah pemilik kebun tersebut cukup jauh, bahkan jika ditempuh dengan berjalan kaki akan menghabiskan waktu sehari semalam. Namun demikian, Tsabit tetap bertekad pergi, walaupun rumah orang yang dimaksud cukup jauh. Yang penting, apel yang dia makan dihalalkan.
Tsabit pun berjalan menuju rumah pemilik apel. Setibanya di rumah yang dimaksud, dia langsung mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Dari dalam rumah, muncullah seorang lelaki setengah baya. Dia tersenyum ramah, dan berkata, "Apakah ada yang bisa saya bantu?" Sambil membalas senyum, Tsabit bertanya, "Betulkah tuan pemilik kebun apel yang ada di pinggiran kota Kufah?" Laki-laki tersebut menjawab, "Benar wahai anak muda. Memangnya ada apa dengan kebun aplelku?" Tsabit berkata lagi, "Wahai tuan, tadi saya sudah terlanjur memakan setengah dari buah apel tuan yang jatuh dari pohonnya. Karena itu, maukah tuan menghalalkan apa yang sudah kumakan itu?" Lelaki tua di hadapan Tsabit mengamatinya dengan cermat sebelum kemudian berkata, "Tidak, aku tidak bisa menghalalkannya kecuali dengan satu syarat." Tsabit pun tercengang dengan jawaban lelaki tersebut. "Syarat apa yang harus saya penuhi?" tanya Tsabit. Lelaki tersebut menjawab, "Syaratnya adalah engkau harus mau menikahi putriku."
Tsabit bin Ibrahim tidak memahami apa maksud dan tujuan lelaki itu dan dia pun berkata, "Apakah hanya karena aku memakan setengah buah apelmu, sehingga aku harus menikahi putrimu?" Yang ditanya tidak menggubris pertanyaan Tsabit. Ia malah melanjutkan dengan berkata, "Sebelum pernikahan dimulai, engkau harus mengetahui terlebih dahulu kekurangan-kekurangan yang dimiliki putriku. Dia seorang yang buta, bisu, dan tuli. Lebih dari itu, ia juga seorang yang lumpuh!" Mendengar pemaparan pemilik kebun tentang putrinya, Tsabit pun terkejut. Dia termenung sejenak sebelum akhirnya menyetujui syarat tersebut. "Yang penting, setengah buah apel yang dia makan dapat dihalalkan," tekadnya dalam hati.
Tanpa menunggu waktu lama, pernikahan pun dilangsungkan. Setelah akad (nikah), Tsabit pun dipersilahkan masuk menemui istrinya. Sewaktu Tsabit hendak masuk kamar pengantin, dia berpikir akan tetap mengucapkan salam walaupun istrinya tuli dan bisu. Tapi tak disangka, perempuan di hadapannya yang kini resmi menjadi istrinya tersebut menjawab salamnya dengan baik. Ketika masuk hendak menghampiri istrinya, sekali lagi Tsabit terkejut karena perempuan yang kini menjadi istrinya itu menyambut uluran tangannya. Tsabit sempat terhentak menyaksikan kenyataan tersebut. Dia berkata dalam hatinya, "Kata ayahnya dia perempuan tuli dan bisu tetapi ternyata dia menyambut salamku dengan baik. Jika demikian berarti perempuan yang ada di hadapanku ini dapat mendengar dan tidak bisu. Ayahnya juga mengatakan bahwa dia buta dan lumpuh tetapi ternyata dia menyambut kedatanganku dengan ramah dan mengulurkan tangannya. Mengapa ayahnya menyampaikan berita-berita yang bertentangan dengan yang sebenarnya?"
Setelah Tsabit berhadapan dengan istrinya, ia memberanikan diri untuk membuka pembicaraan, "Ayahmu mengatakan kepadaku bahwa engkau buta. Mengapa?" Perempuan di hadapannya tersenyum dan kemudian berkata, "Ayahku benar karena aku tidak pernah melihat segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah." Tsabit bertanya lagi, "Ayahmu juga mengatakan bahwa engkau tuli. Mengapa?" Istrinya menjawab, "Ayahku benar karena aku tidak pernah mau mendengar berita dan cerita orang yang tidak membuat rido Allah." "Ayahku juga mengatakan kepadamu bahwa aku bisu dan lumpuh, bukan?" tanya perempuan itu. Tsabit pun menganggukkan kepalanya tanda meng-iya-kan pertanyaan istrinya tersebut. Selanjutnya perempuan itu berkata, "Aku dikatakan bisu karena dalam banyak hal aku hanya menggunakan lidahku untuk menyebut asma Allah. Aku juga dikatakan lumpuh, karena kakiku tidak pernah pergi ke tempat-tempat yang penuh dengan maksiat."
Betapa bahagianya Tsabit, dia bukan hanya dikaruniai istri yang shalehah tapi juga cantik luar biasa.
Akhir cerita, Tsabit bin Ibrahim dikaruniai seorang putra shaleh yang kelak menjadi seorang ulama besar bernama Imam Abu Hanifah An Nu'man bin Tsabit. Dia (Abu Hanifah) adalah seorang ulama atau imam yang berasal dari Kufah dan hidup pada abad ke-7 M. Sebagai ulama besar, ilmuanya menyebar ke seluruh pelosok dunia.
***
JUJUR adalah kata yang mudah diucap, namun sulit untuk didapat. Kejujuran seseorang akan menentukan gerak langkahnya dalam meniti jalan hidup untuk menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Jujur adalah sumber segala kebaikan, sedangkan dusta adalah sumber segala malapetaka. Ketika seseorang telah berbuat jujur terhadap sesamanya, maka akan banyak orang merasa diuntungkan olehnya. Tetapi jika seseorang telah berbuat dusta, maka ribuan orang akan merasa dirugikan olehnya. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap bencana dusta, karena Rasulullah Saw. telah mengingatkan lewat sabdanya.
"Hendaklah kamu selalu berbuat jujur, sebab kejujuran membimbing ke arah kebajikan, dan kebajikan membimbing ke arah surga. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat jujur dan bersungguh-sungguh dalam melakukan kejujuran sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai orang jujur. Dan hindarilah perbuatan dusta. Sebab dusta membimbing ke arah kejelekan. Dan kejelekan membimbing ke arah neraka. Tiada henti-hentinya seseorang berbuat dusta dan bersungguh-sungguh dalam melakukan dusta sehingga dia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta." (H.R. Bukhari dan Muslim)
Dalam hadits lain, Ali bin Abi Thalib berkata bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya di surga ada kamar-kamar yang terlihat bagian luarnya dari dalamnya, dan bagian dalamnya dari luarnya." Kemudian seorang dusun berdiri dan berkata, "Ya Rasulallah, bagi siapakah kamar-kamar itu?" Rasulullah Saw. menjawab: "Bagi orang yang baik tutur katanya dan suka memberi makan kepada orang lain, terus berpuasa serta shalat di waktu malam ketika orang-orang sedang tidur." (H.R. Tirmidzi)
Berbicara kejujuran (dalam bahasa arab disebut sebagai Ash-Shidqun), di sini penulis akan mengklasifikasikannya menjadi 5 macam, yaitu:
1. Shidq Al-Qalbi (jujur dalam berniat).
Hati adalah poros anggota badan. Hati adalah barometer kehidupan. Hati adalah sumber dari seluruh gerak langkah manusia. Jika hatinya bersih, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan manfaat. Tapi jika hatinya keruh, maka seluruh perilakunya akan mendatangkan bencana. Rasulullah Saw. bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, akan baiklah seluruh tubuh. Dan bila ia rusak, rusaklah ia seluruhnya. Itulah qalbu (hati)." (H.R. Bukhari).
Itulah hati dan kejujuran yang tertanam dalam hati akan membuahkan ketentraman, sebagaimana firman-Nya,
"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." (Q.S. Ar-Ra'd [13]: 28)
2. Shidq Al-Hadits (jujur saat berucap).
Jujur saat berkata adalah harga yang begitu mahal untuk mencapai kepercayaan orang lain. Orang yang dalam hidupnya selalu berkata jujur, maka dirinya akan dipercaya seumur hidup. Tetapi sebaliknya, jika sekali dusta, maka tak akan ada orang yang percaya padanya. Orang yang selalu berkata jujur, bukan hanya akan dihormati oleh manusia, tetapi juga akan dihormati oleh Allah Swt. sebagaimana firman-Nya,
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (Q.S. Al-Ahzab [33]: 70-71)
Hidup dalam naungan kejujuran akan terasa nikmat dibandingkan hidup penuh dengan dusta. Rasulullah Saw. bahkan mengkatagorikan munafik kepada orang-orang yang selalu berkata dusta, sebagaimana sabdanya, "Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga; bila berucap dusta, kala berjanji ingkar dan saat dipercaya khianat." (H.R. Bukhari dan Muslim)
3. Shidq Al-'Amal (jujur kala berbuat).
Amal adalah hal terpenting untuk meraih posisi yang paling mulia di surga. Oleh karena itu, kita harus selalu mengikhlaskan setiap amal yang kita lakukan. Dalam berdakwah pun, kita harus menyesuaikan antara ungkapan yang kita sampaikan kepada umat dengan amal yang kita perbuat. Jangan sampai yang kita sampaikan kepada umat tidak sesuai dengan amal yang kita lakukan sebab Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang banyak berbicara tetapi sedikit beramal.
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan." (Q.S. Ash-Shaff [61]: 2-3)
Jadi, yang harus kita lakukan adalah banyak bicara dan juga beramal agar kita bisa meraih kenikmatan surga.
4. Shidq Al-Wa'd (jujur bila berjanji).
Janji membuat diri kita selalu berharap. Janji yang benar membuat kita bahagia. Janji palsu membuat kita selalu was-was. Maka janganlah memperbanyak janji (namun tidak ditepati) karena Allah Swt. sangat membenci orang-orang yang selalu mengingkari janji sebagaimana dalam firman-Nya,
"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat." (Q.S. An-Nahl [16]: 91)
Kita pun harus selalu membatasi janji yang kita ucapkan, baik kepada Allah maupun kepada manusia karena setiap janji yang kita ucapkan akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah Swt.
"...Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya." (Q.S. Al-Israa [17]: 34)
5. Shidq Al-Haal (jujur dalam kenyataan).
Orang mukmin hidupnya selalu berada di atas kenyataan. Dia tidak akan menampilkan sesuatu yang bukan dirinya. Dia tidak pernah memaksa orang lain untuk masuk ke dalam jiwanya. Dengan kata lain, seorang mukmin tidak hidup berada di bawah bayang-bayang orang lain. Artinya, kita harus hidup sesuai dengan keadaan diri kita sendiri. Dengan bahasa yang sederhana, Rasulullah Saw. mengingatkan kita dengan ungkapan, "Orang yang merasa kenyang dengan apa yang tidak diterimanya sama seperti orang memakai dua pakaian palsu." (H.R. Muslim). Dari ungkapan ini, Rasulullah Saw. menganjurkan kepada umatnya untuk selalu hidup di atas kenyataan dan bukan hidup dalam dunia yang semu.
sumber : Majels Percikan Iman
Monday, October 10, 2011
Hilangkan Penatnya Pekerjaan Dengan Dhuha, Tilawah, Dan Sedekah
Dengarkanlah Al-Qur’an darinya
Saudaraku,
Suatu saat, mungkin rongga-rongga hati kita terasa sesak oleh gelombang kehidupan. Barangkali, jiwa kita merasakan bosan pada gersangnya keadaan dan kita didera suasana yang memunculkan kesedihan. Maka, mulailah membuka jalan menuju kebahagiaan dengan kalamullah, Al-Qur’an.
Mari perhatikan potongan kata demi kata dalam munajat yang diucapkan Rasulullah saw, “…. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang jadi milik-Mu yang Engkau namakan dengan diri-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau simpan dalam perbendaharaan ghaib di sisi Mu…”
Apa yang Rasulullah minta setelah menguraikan redaksi begitu detail dan dalam tentang kesempurnaan Allah melalui nama dan sifat-Nya yang mulia itu? Rasulullah mengatakan, “… jadikanlah Al-Qur’an yang mulia kesuburan hatiku dan cahaya dadaku serta menjadi tempat melepaskan segala kesukaranku dan menhilangkan dukacitaku…”
Saudaraku,
Renungkanlah do’a itu. Lukiskanlah dalam benak hati kita, bagaimana Rasulullah saw memiliki perasaan yang amat kuat dengan Al-Qur’an terkait dengan kondisi jiwanya. Dalam do’a itu, Rasulullah meminta agar Al-Qur’an menjadi saluran kasih sayang Allah yang berwujud cahaya dalam jiwa, pelipur lar, pengusir kesedihan, dan penyembuh semua ketidaknyamanan yang bersarang dalam hati. Sangat indah sekali, ketika di akhir haditds riwayat Ahmad tersebut Rasul mengatakan, “Tidaklah seorang hamba membaca do’a tersebut melainkan akan Allah hilangkan rasa sedihnya, dan akan menggantikannya dengan kegembiraan.”
Subhanallah… Alhamdulillah… atas segala rahmat dan kasih sayang Allah…
Saudaraku,
Al-Qur’an mampu memberi pengaruh besar dalam jiwa. Pernkah kita mendengar bagaimana reaksi orang-orang kafir dahulu saat mendengar ayat-ayat Al-Qur’an? Seorang pemuka Quraisy bernama Abdul Walid pernah mendatangi Rasulullah saw untuk menentangnya. Setelah ia puas mencaci maki, Rasulullah saw balik bertanya, “Sudah selesaikah wahai Abdul Walid? Sekarang dengarkanlah dariku,” kata Rasulullah saw dilanjutkan dengan bacaan
Mereka begitu tersentuh dan terguncang jiwanya saat mendengar ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka mengatakan Al-Qur’an seperti sihir yang menguasai hati dan jiwa bila didengarkan. Karena khawatir terpengaruh, di antara orang-orang kafir itu bahkan memerintahkan teman-temannya untuk memunculkan kegaduhan bila terdengar bacaan Al-Qur’an. “Dan berkatalah orang-orang kafir, janganlah kalian mendengarkan AlQur’an dan munculkanlah hiruk pikuk (saat pembacaannya), supaya kamu dapat mengalahkan (mereka).” (QS. Fushilat: 12). Seperti itulah sikap orang-orang kafir karena pengaruh yang dimunculkan oleh Al Qur’an dalam jiwa mereka.
Saudaraku,
Ternyata mendengarkan Al Qur’an begitu luar biasa pengaruhnya dalam jiwa. Mendengarkan pembacaan ayat-ayat Al Qur’an begitu merasuk kedalam hati. Kita menjadi lebih mengerti, mengapa Rasulullah saw pun suka bila dibacakan di hadapannya ayat-ayat Al Qur’an, meskipun ayat-ayat itu turun kepada dirinya. Seperti permintaannya kepada Ibnu Mas’ud agar dibacakan Al Qur’an, lalu Rasulullah berucap, “cukup…cukup…”, saat Ibnu Mas’ud rahimahullah sampai pada ayat 14
Ibnu Bathal menguraikan penjelasannya dari hadits ini, seperti dikutip dalam Fath Al Bari, “Mungkin Rasulullah lebih suka diperdengarkan Al Qur’an dari orang lain, untuk lebih dapat dirasakan. Atau agar ia lebih dalam mentadabburi dan memahami isinya. Orang yang mendengarkan Al Qur’an biasanya lebih kuat tadabburnya. Jiwanya lebih serius mengikuti bacaan ketimbang orang yang membacanya, karena disibukkan dengan membaca dan hukum-hukum bacaan.”
Saudaraku,
Pengaruh mendengarkan bacaan Al Quran tidak hanya mempengaruhi jiwa dan hati manusia. Karena bacaan Al Qur’an juga sangat mempengaruhi jin. Perhatikan baik-baik apa yang disampaikan Al Qur’an tentang hal ini. “Dan (ingatlah) ketika kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Qur’an, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan (nya) lalu mereka berkata, ‘Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)’. Ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (untuk) memberi peringatan.” (QS. Al Ahqaf: 29)
Saudaraku, semoga Al Qur’an menjadi cahaya dalam hati kita,
Jika kita ingin mendapatkan keterangan, dengarkanlah bacaan ayat-ayat Al Qur’an. Mintalah seorang saudara untuk membacakan ayat-ayat Al Qur’an. Rasul saw memberi nasehat pendek tentang siapa orang yang bisa memberi pengaruh pada jiwa saat ia membaca Al Qur’an. Suatu ketika ia ditanya, “Siapakah manusia yang paling baik suaranya membaca Al Qur’an dan paling baik bacaannya?” Rasul menjawab, “Yaitu orang yang jika engkau mendengarkannya, engkau lihat dirinya takut kepada Allah swt.” (HR. Muslim)
Saudaraku,
Jika kita mendapatkan seseorang yang takut kepada Allah, mintalah dirinya untuk membacakan ayat-ayat Al Qur’an untuk kita. Duduklah dihadapannya, konsentrasilah dan renungkah bacaannya. Sesungguhnya, mendengarkan Al Qur’an bisa menjadi saluran energi yang mencerahkan jiwa kita. Itulah salah satu bentuk rahmat Allah swt dari mendengarkan Al Qur’an. Sebagaimana firman-Nya, “Apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah agar kalian mendapat rahmat.” (QS. Al A’raf:204)
Dengarkanlah bacaan Al Qur’an dari lisannya. Lalu rasakanlah bagaimana suasana jiwa kita setelah mendengarkannya._
Bila hidup itu Cermin
5 Cara Melatih Berpikir Kreatif
5 Cara Melatih Berpikir Kreatif
Kreatif” hanyalah sebuah kata pendek dan sederhana. Namun, berkat pemikiran kreatif, kesuksesan besar, semisal kemajuan teknologi, industri, dan bidang lain, terjadi.
Berikut ini cara yang bisa dicoba:
- Berpikir, semua bisa dilakukan
Yakinlah, sesuatu yang akan kita kerjakan mampu kita selesaikan. Artinya, harus optimis. Buang ungkapan bernada pesimis. Misal, ”Saya mungkin bisa mengerjakan”. Ganti dengan ungkapan penuh optimisme. Contoh, ”Saya pasti bisa mengerjakannya”, ”Bagi saya tidak ada kata menyerah!”.
Pernyataan optimis melatih kita berani masuk ke persoalan. Pola pikir pun berkembang, karena dipaksa memeras otak untuk mewujudkan tekad itu.
- Hilangkan cara berpikir konservatif
Pola berpikir konservatif ditandai dengan kekhawatiran untuk menerima perubahan, meski perubahan itu menguntungkan. Karena ingin mempertahankan
Hendaknya disadari, cara berpikir konservatif memasung pemikiran kreatif karena pikiran dibekukan oleh sesuatu yang statis. Padahal dalam berpikir kreatif unsur statis semestinya dihilangkan. Mulailah berpikir dinamis, dengan terus mengolah pemikiran untuk menemukan pola pikir efektif.
Pertama, terbuka terhadap masukan. Masukan adalah bahan mentah sangat berharga. Lalu, kita mengolahnya menjadi “barang jadi” lewat pemikiran kreatif. Jadi, jangan takut dengan ide, usulan, bahkan kritik. Karena semua itu merangsang kita berpikir kreatif.
Kedua, mencoba pekerjaan atau hal di luar bidang kita. Untuk ”memperkaya” diri, pola pikir juga perlu menghadapi sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Ketiga, harus proaktif. Kita dituntut ”menjemput bola” dalam menghadapi sesuatu, dan bukan ”menunggu bola”. Bertindak proaktif berarti membuat diri bebas memilih tindakan, tentu berdasarkan perhitungan matang. Ini bisa terjadi kalau kita mempunyai kreativitas berpikir.
SELAMAT MENCOBA :)
Damai Indonesiaku. LIVE Oleh : Sekretariat Yayasan Pesantren Daarut Tauhiid Bandung
Sunday, October 9, 2011
Hakikat Kebahagiaan ( Resume Kajian MPI Mei 2011 )
Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an merupakan ibadah yang paling utama dan dicintai Allah. Dalam hal ini para ulama sepakat, bahwa hukum membaca Al-Qur’an adalah wajib ‘ain. Maknanya, setiap individu yang mengaku dirinya muslim harus mampu baca Al-Qur’an dengan baik dan benar. Kalau tidak, maka ia berdosa.
Karena bagaimana mungkin kita mengamalkan al-Qur’an tanpa mau membaca dan memahaminya.Beriman terhadap Al-Qur’an bukan sekedar percaya saja, namun mesti dibuktikan dengan implementasi yang nyata sebagai tuntutan dari iman tersebut yaitu membaca, memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an merupakan pedoman, konsep, dan aturan hidup manusia. Dalam konteks hablum minallah, Al-Qur’an mengatur relasi hamba dengan khaliqnya. Hubungan vertikal ini dalam bahasa syariat disebut ibadah seperti shalat, puasa, zakat dan haji. Sedangkan dalam konteks hablum minan naas, Al-Qur’an menjelaskan tata cara pergaulan dan hubungan manusia dengan dirinya, manusia lain dan makhluk Allah lainnya. Hubungan horizontal ini dikenal dengan sebutan muamalah. Konkritnya, Al-Qur’an memberi petunjuk bagaimana mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
Mengamalkan al-Qur’an merupakan kewajiban bagi setiap muslim, bahkan menjadi syarat utama menjadi seorang yang beriman. Allah swt dan Rasul-Nya saw telah memerintahkan kita untuk mengamalkan ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah, agar kita selamat dunia dan akhirat. Bahkan Rasulullah saw mengingatkan kita akan penting pengamalan terhadap al-Qur’an dan sunnah Rasul saw dengan sabdanya, “Aku tinggalkan kepada kamu sekalian dua hal, jika kamu berpegang teguh kepada keduanya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu al-Qur’an dan Sunnah Rasul saw.” (H.R. At-Tirmizi) Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang sesat itu orang meninggalkan ajaran al-Qur’an dan As-Sunnah.
Namun sayangnya, selama ini kebanyakan umat Islam telah meninggalkan al-Qur’an. Al-Qur’an tidak mendapat perhatian dan tidak dibaca untuk diamalkan sebagaimana mereka sibuk membaca bacaan lain selainnya. Selama ini kita mampu membaca surat kabar, majalah dan buku setiap hari, namun kita tidak mampu membaca al-Qur’an.
Kita mampu membaca dan mengkhatamkan surat kabar yang jumlah kata atau hurufnya hampir sama dengan 1 juz al-Qur’an dalam waktu belasan menit, namun kita tidak mampu membaca beberapa halaman dari al-Qur’an. Begitu pula kita mampu membaca majalah yang tebalnya seperempat atau sepertiga al-Qur’an dalam waktu beberapa jam, namun giliranya membaca al-Qur’an kita tidak mampu membaca beberapa juz dalam waktu yang sama. Bahkan kita mampu membaca dan mengkhatamkan buku novel, komik dan roman yang tebalnya sama dengan al-Qur’an dalam waktu seminggu, namun kita tidak mampu mengkhatamkan al-Qur’an dalam waktu yang sama, bahkan sebulan sekalipun. Inilah kondisi iman kita saat ini yang sangat lemah dan kritis.
Sejatinya kita bercermin kepada kehidupan orang-orang yang shalih. Mereka menjadikan al-Qur’an sebagai buku bacaan hariannya. Mereka tidak pernah bosan dan kenyang dengan al-Qur’an, sebagaimana diungkapkan oleh Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, “Kalau hati kita bersih, maka kita tidak pernah kenyang dengan al-Qur’an.” Karena dengan senantiasa membaca al-Qur’an, kita akan mendapatkan banyak kebaikan.
Pertama: orang yang membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari Kiamat nantinya berdasarkan sabda Rasulullah saw bersabda:”Bacalah al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti memberi syafaat bagi orang yang membacanya.”(H. R. Muslim). Tentunya tidak hanya sekedar membaca, juga mengamalkannya. Namun demikian, tanpa membaca al-Qur’an maka tidak mungkin kita mengamalkannya. Selain Rasulllah saw, tidak seorangpun yang mampu memberikan pertolongan kepada seseorang pada hari hisab, kecuali al-Qur’an yang dibaca selama ia hidup di dunia.
Kedua, Rasulullah saw menegaskan bahwa orang yang terbaik di antara manusia adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an, sesuai dengan sabdanya, ”Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari al-Qur’an dan yang mengajarkannya” (H.R. Bukhari). Oleh karena itu, orang yang terbaik di dunia ini bukanlah orang yang punya memiliki harta yang melimpah, jabatan maupun pangkat yang tinggi. Namun, disisi Allah Swt orang terbaik itu adalah orang yang mau belajar al-Qur’an dan mengajarkan kepada orang lain.
Ketiga, orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan disediakan tempat yang paling istimewa di surga bersama para malaikat yang suci. Sedangkan orang yang membaca terbata-bata (belum pandai), maka ia akan diberi dua pahala yaitu pahala mau belajar dan kesungguhan membaca, sesuai dengan sabda Rasulullah saw, ”Orang yang pandai membaca Al-Qur’an akan ditempatkan bersama kelompok para Malaikat yang mulia dan terpuji. Adapun orang yang terbata-bata dan sulit membacanya akan mendapat dua pahala.” (H.R Bukhari & Muslim).
Keempat, kejayaan suatu umat Islam itu dengan membaca al-Qur’an dan mengamalkannya. Namun sebaliknya, musibah yang menimpa umat ini disebabkan karena sikap acuh tak acuh kepada al-Qur’an dan meninggalkannya. Rasulullah saw bersabda: ”Sesungguhnya Allah Swt meninggikan (derajat) ummat manusia ini dengan Al-Qur’an dan membinasakannya pula dengan Al-Qur’an” (H.R Muslim). Inilah rahasia mengapa generasi awal umat Islam (generasi sahabat, tabi’in dan tabi’itabi’in) menjadi generasi terbaik umat ini sebagaimana dinyatakan oleh Rasul saw. Mengapa demikian?
Jawabannya adalah karena mereka mengamalkan al-Qur’an dan sunnah Rasul saw. Maka Islampun berjaya pada masa-masa mereka, sehingga tersebar keseluruh penjuru dunia. Namun, setelah generasi tersebut sampai saat ini umat Islam meninggalkan al-Qur’an sehingga umat Islam menjadi lemah dan hina karena dijajah oleh orang kafir, bahkan dizalimi dan dibunuh seenaknya oleh orang kafir akibat meninggalkan al-Qur’an.
Kelima, orang yang membaca dan mendengar Al-Qur’an akan mendapatkan sakinah, rahmah, doa malaikat dan pujian dari Allah. Nabi saw bersabda: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul dalam salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca Kitabullah (al-Qur’an) dan mempelajarinya, melainkan ketenangan jiwa bagi mereka, mereka diliputi oleh rahmat, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan para Malaikat yang ada di sisi-Nya.” (H.R Muslim).
Memang, membaca dan mendengarkan ayat-ayat al-Qur’an menentramkan hati kita sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah Swt, ““...Ingatlah, hanya dengan zikir (mengingat) Allah hati menjadi tenang”. (Q.S Ar-Ra’d: 28). Al-Qur’an merupakan zikir yang paling afdhal (utama). Oleh karena itu, ketenangan tidaklah diperoleh dengan harta yang banyak, pangkat dan jabatan, namun diperoleh dengan sejauh mana interaksi kita dengan al-Qur’an.
Keenam, mendapat pahala yang berlipat ganda. Rasulullah Saw bersabda: ”Barangsiapa yang membaca satu huruf Kitabullah maka ia mendapat satu kebaikan, dan satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipatnya. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tapi alif itu satu huruf (H.R at-Tirmizi) Membaca “alif lam mim” saja kita mendapatkan pahala sebanyak 30 kebaikan, maka bagaimana dengan membaca sejumah ayat-ayat yang dalam satu halaman al-Qur’an? Bahkan berapa jumlah pahala yang kita peroleh bila kita mampu membaca 1 juz dengan jumlah huruf ribuan atau ratusan ribu? Tentu pahalanya sangat banyak, bahkan kita tidak sanggup menghitungnya.
Demikianlah berbagai keutamaan dan keuntungan bagi orang yang membaca dan mempelajari al-Qur’an pada bulan-bulan biasa. Maka, terlebih lagi pada bulan Ramadhan sebagai bulan al-Qur’an?! Tentu, pahalanya berlipat ganda dibandingkan dengan bulan-bulan biasa. Maka, sangatlah rugi bagi orang-orang yang tidak mau membaca dan mempelajari al-Qur’an, terlebih lagi di bulan Ramadhan yang dilipat gandakan pahala padanya. Dan keutamaan-keutamaan tersebut tidak dimiliki oleh bacaan lainnya selain al-Qur’an.
Akhirnya, marilah kita manfaatkan hari-hari di bulan Ramadhan dengan berbagai aktivitas ibadah, khususnya membaca al-Qur’an. Karena bulan Ramadhan adalah bulan al-Qur’an, maka sudah sepatutnya kita lebih mengutamakan dan menyibutkan diri dengan berinteraksi dengan Al-Qur’an pada bulan yang mulia ini, baik dengan membaca, mempelajari, memahami, mentadabburi, menghafal maupun mengamalkannya. Semoga kita bisa memanfaatkan momentum Ramadhan ini dengan sebaik mungkin dan meraih berbagai keutamaan yang disediakan di bulan ini, termasuk berbagai keutamaan membaca dan mempelajari al-Qur’an. Semoga..!!
Penulis adalah Pengurus Dewan Dakwah Aceh & pengurus Komite Penguatan Aqidah & Peningkatan Amalan Islam (KPA-PAI) kota Banda Aceh
Sumber : http://www.eramuslim.com/syariah/tsaqofah-islam/muhammad-yusran-hadi-lc-ma-keutamaan-membaca-al-qur-an.htm
Amal Dan Niat ( Kisah Fiktif antara si Ali dan Udin )
Dulu waktu jaman masih SMA saya pernah menonton salah satu kisah tentang dua orang yang ingin melakukan perbuatan baik, tapi keduanya memiliki niat yang berbeda, Alkisah ada seseorang pemuda yang hidupnya begitu sederhana yang kegiatan sehari harinya hanyalah menanam pohon singkong sebutnya saja namanYa Ali, Ali biasa menjual hasil panennya itu kepasar dan sisisanya di berikan kepada tentangga yang ada di sekitar rumahnya, sedangkan pemuda kedua adalah orang yang secara materi diatas Ali, namaNya Udin, udin ini pemuda yang memiliki banyak hewan ternak seperti, kambing, sapi, dan ayam. Suatu ketika Ali yang habis menjual hasil panen singkongnya itu kepasar, ia beranjak menuju ke tempat salah seorang sesepuh yang ada di desanya, sebut saja pak mamat dan istrinya ibu shaleh, Ali berkunjung kerumah pak mamat karena Ali berniat untuk memberikan beberapa hasil panen singkongnya kepada pak mamat sebagai salah satu bentuk silaturahmi dan rasa hormatnya kepada pak mamat selaku sesepuh dan tetangga dekat.
Ali yang tidak berlama lama di rumah pak mamat langsung memberikan sekarung singkong hasil panennya itu , dan dengan senang hari pak mamat pun menerima pemberian dari Ali. Kemudian Ibu Shaleh pun langsung membawa singkong tersebut ke dalam rumah. Pak Mamat dan ibu Shaleh pun bingung apa yang di berikan kepada Ali untuk Ia bawa pulang, sebagai bentuk ucapan terima kasihnya pada Ali. Karena didalam rumah ada 2 ekor ayam Jago, maka Pak Mamat pun sepakat untuk memberikan kedua ayam tersebut untuk Ali bawa pulang. Ali pun kaget ketika Pak Mamat dan Ibu Shaleh keluar dan menghampiri Ali dengan mambawa dua ekor ayam jago, sungguh niat Ali dari awal adalah hanya ingin memberikan sekarung singkong sebagai rasa hormatnya kepada keluarga Pak Mamat, dengan mengucap syukur akhirnya Ali pun pulang dengan membawa 2 ekor ayam jago.
Tanpa disadari oleh Ali dan Pak Mamat, ternyata Udin melihat apa yang Ali lakukan di rumah Pak Mamat, dengan seksama Udin terus memperhatikan gerak gerik Ali di rumah Pak Mamat dari kejauhan. Udin pun berpikir kalo memberi sekarung singkong saja ia dapat 2 ekor ayam jago, maka kalo memberikan yang lebih bagus dari singkong bisa jadi pak mamat akan memberikan satu atau dua ekor kambing. Udin pun bergegas pulang kerumah untuk menyiapkan sesuatu yang akan di berikan kepada Pak Mamat dan Ibu Shalaeh, Udin pun langsung membawa 2 ekor ayam jago kerumah Pak Mamat. Sesampainya Udin di Rumah Pak Mamat, ia pun langsung menyerahkan 2 ekor ayam jago kepada Pak Mamat, dan pak Mamat serta ibu Shaleh berdiskusi di dalam rumah "APA YANG HARUS KITA BERIKAN SEBAGAI TANDA TERIMA KASIH KITA PADA UDIN YANG SUDAH MEMBAWAKAN 2 EKOR AYAM JAGO INI YA BU...?" karena di rumah hanya ada beberapa singkong dari Ali dan sisanya sudah kita masak, jadi mungkin hanya sisa singkong ini yang bisa kita berikan Pak..", jawab ibu Shaleh.
Kemudian pak mamat dan ibu shaleh pun keluar dengan membawa sisa singkong dari Ali untuk diserahkan pada Udin, dalam hati udin berkata " MENGAPA AKU DAPAT SINGKONG, PADAHAL AKU MEMBAWAKAN PAK MAMAT INI 2 EKOR AYAM, SEHARUSNYA AKU BISA MENDAPATKAN SESUATU YANG LEBIH DIBANDINGKAN DENGAN ALI" dengan hati penuh kesal Udin pun pulang dengan membawa sisa singkong dari Pak Mamat yang di dapatkan dari hasil pemberian Ali.
Nah hikmah yang bisa kita ambil dari kisah diatas adalah, sebagaimana Sabda Rasulullah SAW :
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:‘Sesungguhnya setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan mendapat balasan amal sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang berhijrah hanya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu menuju Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya karena dunia yang ia harapkan atau karena wanita yang ia nikahi, maka hijrahnya itu menuju yang ia niatkan’” (HR. Bukhari dan Muslim)
Setiap perbuatan atau amalan itu bergantung pada Niatnya, kisah diatas sangat jelas mengajarkan pada kita bahwa amalan yang kita lakukan haruslah didasarkan pada niat yang tulus ikhlas dan memberi. Sungguh Allah Maha Tahu Atas apa yang ada didalam setiap isi hati hambaNya. Dan sungguh Allah tahu balasan bagi mereka yang niatNya tulus murni hanya karena Allah akan mendapatkan kebaikan yang setimpal.
Bagaimana dengan kita? Sudahkan seluruh perbuatan kita semata-mata hanya mencari Ridho Allah dan Rasulnya? atau perbuatan kita selama ini memang hanya supaya kita dipandang hebat oleh sesama manusia? Wallahu’alam Bissowab.
-Gunawan Alfarizi, mnc tower 09/10/2011 pkl 12.30 wib-
Saturday, October 8, 2011
Info Kajian Majelis Percikan Iman bulan oktober 2011
Kajian Majelis Percikan Iman (MPI) yang biasa digelar di Masjid
Al-Murosalah, untuk tanggal 9 oktober 2011
Oktober 2011 bertempat di Masjid At-Taqwa KPAD Geger Kalong Bandung.
Penceramah : Ust. Aam Amiruddin
Materi : Akhlaq-Akhlaq Baik
Waktu : Pukul 08.00 - 10.30
Bagi sahabat-sahabat yang tidak bisa hadir, bisa mengikuti melalui Live Streaming di http://mpi.percikaniman.org/
Friday, October 7, 2011
Etika Ber-Email
- Benahi susunan email "forwards" anda. Bila anda ingin memforward sebagian atau seluruh pesan pada pihak lain, maka luangkan sedikit waktu anda untuk menghapus tanda ">" atau > ">>" yg biasanya muncul.
- Gantilah "Subject" atau judul email bila topik pembicaraan anda berubah. Seringkali setelah saling bertukar email beberapa kali, topik pembicaraan berubah dari aslinya, namun "Subject" atau judul email belum juga diganti. Akan jauh lebih mudah untuk melacak email yang masuk bila "Subject" disesuaikan dan dapat mencerminkan isi email yang sedang anda tulis.
- Hapuslah pesan reply yang tidak perlu. Beberapa program email secara otomatis memunculkan isi email yang terdahulu bila anda sedang membalas/mereplynya. Ada baiknya anda menghapus pesan tersebut dan hanya tinggalkan pesan yang benar-benar anda anggap perlu.
- Jangan teruskan surat berantai. Anda tentu merasa terganggu dan jengkel bila seseorang mengirimi anda sebuah email tentang humor atau cerita-cerita, kemudian meminta anda untuk meneruskannya dengan segera pada 10 teman anda yang lain, atau bila tidak maka anda akan ketiban sial. Mengapa anda juga bermaksud mengganggu dan membuat orang lain jengkel bila anda meneruskan email semacam ini? Hapus saja dengan menekan tombol "delete".
- Hormati privacy orang lain. Ini termasuk juga alamat email mereka. Bila anda sedang mengirim email ke sejumlah orang yang mungkin satu-sama-lain tidak saling mengenal, gunakan "bcc" atau "blind carbon copy " agar alamat-alamat email mereka tidak saling diketahui. Bila anda mudah mengirim email ke banyak alamat sekaligus tanpa mempertimbangkan saran ini, maka bersiap-siaplah untuk dikomplain karena mereka menerima *spam*.
- Jangan melakukan SPAM. Mungkin saja anda tidak sengaja melakukan nya, tetapi banyak orang tidak menyadari jika mereka menggunakan alamat-alamat email yang mereka dapat dari "forwarded email", kemudian menggunakannya tanpa permisi, ini termasuk bentuk spam.
- Jangan berteriak-teriak. Menulis dengan mengaktifkan huruf besar (tombol "Caps Lock") dapat diartikan sebagai pertanda kemarahan. Orang mungkin menganggap anda sebagai pengguna internet yang tidak baik, atau tidak sopan sama sekali.
- Jangan mudah "terbakar", over-reaksi, atau terburu-buru menghapus suatu email tanpa berusaha memikirkannya dengan baik. Dalam bahasa tulis, kita memiliki waktu untuk memikirkan bagaimana kita merespon atas sesuatu email yang membuat kita marah. Begitu juga dengan beremail ria. Bila anda merasa dipenuhi dengan emosi yang kuat, kemudian menulis balasan dengan emosional pula, maka sebaiknya jangan buru-buru anda kirim email tersebut. Simpanlah dulu dalam "draft folder" selama beberapa hari untuk dibaca ulang. Banyak persahabatan yang hancur gara-gara terburu-buru menanggapi suatu email tanpa berusaha memikirkannya dengan bijaksana.
- Bersabarlah dalam menunggu "reply". Ketahuilah, orang tidak hanya hidup dengan internet. Mereka mungkin tidak membalas email anda dengan segera. Masih banyak orang yang men-cek email mereka cuma seminggu sekali.
- Akuilah bahwa tidak semua orang senang menerima segala yang anda anggap lucu. Jangan terus-menerus mengirimkan sesuatu pada mereka yang tidak pernah membalasnya, meskipun dengan ucapan terima kasih. Jangan lupa: Luangkan waktu juga untuk memikirkan apa yang kita forwardkan dan kepada siapa kita mem-forwardkan suatu email. Tidak semua orang setuju atau suka dengan materi yang kita forwardkan. Untuk orang-orang tertentu, subyek-subyek tertentu (yang kita anggap lucu dan menarik atau ringan) bisa jadi sangat sensitif dan serius!!
Sumber: Pesan SAAT (diadaptasi dari The Top 10 E-mail Courtesy Suggestions, Zoran)