Wednesday, August 29, 2012

Jangan Menghakimi Kegalauan Orang Lain

Galau adalah fenomena yang sebarnya tidak asing lagi di kehidupan sehari hari, ia tidak hanya melekat pada sosok remaja saat ini bahkan orang yang sudah tua pun bisa merasakan dampak dari Galau ini sendiri. Galau merupakan kondisi dimana ketika perasaan seorang insan bimbang, cemas, khawatir bahkan resah di suatu kondisi tertentu. Dan kondisi inilah yeng membuat perasaan semakin labil. Siapapun orangnya tentu pernah merasakan Galau termasuk diri kita sendiri. Banyak cara untuk mengekspresikan rasa galau, bisa melalui status status yang melankolis yang berbau persepsi, atau bahkan curhat kepada sesama teman tentang kondisi ataupun suasana hatinya. Penilaian akan suatu kegalauan seseorang akan muncul mana kala timbul suatu persepsi. Persepsi merupakan ekspersi penilain orang dari sudut pandang tertentu. Kadang kala kita begitu mudah untuk menilai sesorang galau, padahal bisa jadi diri kita sendiri yang sebenarnya sedang di landa kegalauan yang teramat sangat.  Setiap orang berhak untuk Merasakan Galau, namun tidak semua orang berhak untuk menghakimi kegalauan orang lain. Maksudnya adalah ketika ada kondisi dimana seorang sahabat kita sendiri sedang di landa kegalauan maka tak seharusnya lah kita menghakiminya dengan menebarkan informasi kegalauan sahabat kita ini kepada orang lain. Karena bisa jadi ketika kita sering menghakimi kegalauan orang lain bisa jadi efek kegalauan itu akan menjadi boomerang untuk menyerang balik kepada kita. Sebuah sindiran pun bisa jadi implementasi dari rasa ingin menghakimi kegalauan orang lain, biasanya sindiran ini berupa ungkapan penilaian kegalauan seseorang melalui bahasa kiasan yang tidak secara langsung di tujukan kepada objek galau itu sendiri. Menghakimi kegalauan orang lain tidak akan mampu memberikan nilai manfaat yang berarti bagi diri kita dan orang lain. Karena sungguh menghakimi kegalauan orang lain hanya akan berdampak buruk bagi yang menghakimi dan yang di hakimi kegalauannya. Bukan lah tugas kita untuk melarang seseorang untuk galau, karena tugas kita hanyalah memberikan saran dan masukan agar galaulah pada tempatnya. Ya galaulah pada tempatnya sehingga kita bisa menemukan jawaban atau solusi atas setiap kegalauan yang melanda kita. Galau bukan untuk di hakimi, galau juga bukan untuk di sebar luaskan agar orang berbelas kasihan kepada kita, galau pun bukan untuk di dramatisir layaknya sinetron ataupun telenovela. Maka mulai saat ini stop dan berhentilah untuk menghakimi kegalauan orang lain, liat lah kedalam cermin diri kita bisa jadi ada butiran butiran bahkan serpihan kegalauan yang ada didalam diri kita yang tidak kita ketahui.

Dan sebaik baiknya tempat untuk mengobati kegalauan kita adalah dengan mengadukan semuanya kapada Allah SWT Yang Maha Melihat dan Maha Menatap setiap isi hati kita. Karena Allah lah yang punya obat atas setap kegalauan kita.

Don’t Galau Be Happy

30 Agustus 2012
Gunawan Alfarizi

Mahasiswa Ekstensi 2011 Institut Sains Dan Teknologi Nasional |
Teknik Telekomunikasi | Engineer On Site PT Telkom | Kontributor Penulis 165

2 comments:

Anonymous said...

Subhanallah...sampe berkaca-kaca saya membaca tulisan ini,merasa diri jd krg bijak dlm menghadapi teman2 yg sdg galau krn rumah tangga mrk.
Terima kasih atas tulisan baik yg memberi saya pencerahan.

Robert Aiman said...

Sangat menyentuh bapak... Syukron